
Prestasi Yimnas sepakbola dan PSSI sepanjang sejarah
persebakbolaan Indonesia silih berganti naik turun. Berbagai prestasi
hebat pernah diraih
, tetapi sebaliknya prestasi terburukpun pernah
dialami. Sejak tahun 1930 an Timnas sudah berprstasi melalang buana ke
dunia Internasional bahkan sempat berpartisipasi pada kejuaraan dunia
FIFA.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, disingkat PSSI, adalah
organisasi induk yang bertugas mengatur kegiatan olahraga sepak bola di
Indonesia. PSSI berdiri pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal
Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia. Ketua umum pertamanya adalah Ir.
Soeratin Sosrosoegondo. PSSI bergabung dengan FIFA pada tahun 1952,
kemudian dengan AFC pada tahun 1954. PSSI menggelar kompetisi Liga
Indonesia setiap tahunnya, dan sejak tahun 2005, diadakan pula Piala
Indonesia. Ketua umumnya saat ini adalah Nurdin Halid yang sempat
diusulkan untuk diganti karena tersandung masalah hukum
Kejayaan dari Masa ke Masa
Tim nasional sepak bola Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri,
menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada
tahun 1938. Saat itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah
6-0 dari Hongaria, yang hingga kini menjadi satu-satunya pertandingan
mereka di turnamen final Piala Dunia. Indonesia, meski merupakan negara
dengan jumlah penduduk yang sangat besar, tidak termasuk jajaran tim-tim
terkuat di AFC.
Indonesia pada tahun 1938 (di masa penjajahan Belanda) sempat lolos
dan ikut bertanding di Piala Dunia 1938. Waktu itu Tim Indonesia di
bawah nama Dutch East Indies (Hindia Belanda), peserta dari Asia yang
pertama kali lolos ke Piala Dunia. Indonesia tampil mewakili zona Asia
di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938
hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang
karena saat itu dunia sepakbola Asia memang hampir tidak ada. Namun,
Indonesia akhirnya lolos ke final Piala Dunia 1938 tanpa harus menyepak
bola setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang
berperang dengan Cina.
Pada tahun 1930-an, di Indonesia berdiri tiga organisasi sepakbola
berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)
yang lalu berganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie
(NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB)
punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia
(PSSI) milik orang Indonesia. Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB)
sebuah organisasi sepakbola orang-orang Belanda di Hindia Belanda
menaruh hormat kepada Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI)
lantaran Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) yang memakai
bintang-bintang dari NIVB kalah dengan skor 2-1 lawan Voetbalbond
Indonesia Jacatra (VIJ) salah satu klub anggota PSSI dalam sebuah ajang
kompetisi PSSI ke III pada 1933 di Surabaya.
NIVU yang semula memandang sebelah mata PSSI akhirnya mengajak
bekerjasama. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan
Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Pascapersetujuan perjanjian
ini, berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI.
Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk
organisasi sepakbola di Hindia Belanda. Salah satu butir di dalam
perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana
dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan
PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi
NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU
melakukan hal tersebut karena tak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada
masa itu memiliki tim yang kuat. Dalam pertandingan internasional, PSSI
membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya
Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil menahan imbang 2-2 tim Nan
Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah
menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim
PSSI mulai kesohor
Di kancah Asia Tenggara sekalipun, Indonesia belum pernah berhasil
menjadi juara Piala AFF (dulu disebut Piala Tiger). Prestasi tertinggi
Indonesia hanyalah tempat kedua di tahun 2000, 2002, dan 2005. Di ajang
SEA Games pun Indonesia jarang meraih medali emas, yang terakhir diraih
tahun 1991.
Di kancah Piala Asia, Indonesia meraih kemenangan pertama pada tahun
2004 di China setelah menaklukkan Qatar 2-1. Yang kedua diraih ketika
mengalahkan Bahrain dengan skor yang sama tahun 2007, saat menjadi tuan
rumah turnamen bersama Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Setelah kejayaan PSSI era Sutjipto, Muljadi, Basri dan Surja Lesmana
memudar diganti generasi Ronny Patinasarany, Waskito, Jacob Sihasale,
Iswadi, Djunaedy dan muka baru Andi Lala, ex-Junior PSSI 1970