20 Kali Juara, 100 Kali Pimpin Pertandingan

 

                       MEDALI: Rino Pambudi, mahasiswa Umrah memperlihatkan medali yang pernah diraihnya.
                                                                 F-ISTIMEWA/Alfisyahrin

Tanjungpinang – Prestasi Rino Pambudi (22) bergelut dan mahir dengan sepak bola, sejak usia muda, terus bersinar. Sebelum menekuni bidang perwasitan, dia sudah malang melintang mengolah si kulit bundar di lapangan hijau.
”Saya sangat mencintai sepak bola. Dalam olahraga ini, saya menemukan suasana yang berbeda. Melalui sepak bola, hati saya terus bahagia. Selain itu, tubuh saya pun tetap bugar dan sehat,” tegasnya.
Ternyata, di balik prestasi yang diraih Rino Pambudi dunia persepakbolaan, mulai dari pemain hingga menjadi wasit, baginya, ada sesuatu yang menggelitik yang mewarnai kehidupan. Banyak prestasi yang sudah dikoleksi sejak menjadi pemain futsal. Tercatat 20 kali menang bersama dengan timnya dan sudah 100 kali memimpin pertandingan futsal selama satu tahun.
Prestasi yang diraih tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus terus latihan dengan keras, belajar tentang peraturan pertandingan, kemudian juga harus membagi waktu kuliah dan jadi wasit di lapangan hijau.
Walaupun masih tercatat sebagai mahasiswa, salah satu perguruan tinggi di Tanjungpinang, tapi tak malu dikatakan wasit kampus oleh teman-temannya. Baginya, seorang wasit adalah pekerjaan mulia, dapat honor untuk biaya kuliah. Pekerjaan yang halal. Wasit adalah pemimpin, juru kunci kelancaran pertandingan, wasit yang adil dambaan para pemain. Suka dan duka menjadi wasit cukup beragam.
Karena, memimpin pertandingan harus secara sportif, netral serta sesuai aturan adalah menjadi tanggungjawab seorang wasit.
Di tengah lapangan tidak jarang wasit menjadi amukan pemain, bila wasit tidak adil memberikan keputusan, bisa-bisa babak belur dipukuli oleh pemain.
”Tapi, saya selalu memberikan terbaik. Pengalaman 100 kali memimpin pertandingan, belum pernah disakit oleh pemain,” bebernya. Sebelum terjung ke wasit, ia pernah membela tim sekolah, klubnya, tim Pemko Tanjungpinang dan tim Provinsi Kepri untuk berbagai event futsal dan sepak bola.
Iapun mengklaim tidak malu untuk belajar ke wasit-wasit yang sudah senior.Untuk menjadi wasit pertandingan, ia membeberkan minimal harus memahami semua aturan pertandingan khusus futsal.
Dalam memimpin pertandingan, kadang pemain beranggapan keputusan wasit itu salah, karena aturannya begini dan begitu yang dianggapnya benar oleh pemain. Sisi lainnya, wasit juga memiliki pendirian sendiri, inilah aturannya yang benar. Di sinilah kadang terjadi pemukulan wasit oleh pemain. Sama-sama mempertahankan keputusan yang sama-sama dianggap benar.
”Banyak pemain yang setengah mengerti aturan wasit. Kalau kita memberikan kartu kuning misalnya, karena kita anggap mereka melanggar, disisi lainnya pemain beranggapan tidak harus mendapatkan kartu kuning,” jelasnya.
Budi yang masih berstatus mahasiswa, kini telah memiliki sertifikat wasit, sudah memiliki lisensi wasit. Dengan modal sertifikat lisensi wasit ia berhak memimpin pertandingan futsal tingkat daerah secara sah dan benar, karena sudah memenuhi syarat untuk memimpin.

Rino membeberkan sebagai wasit, yang diperlukan adalah mental, kecerdasan, keberanian untuk memutuskan suatu pelanggaran. Salah atau tidak salah wasit tetap menjadi salah di depan mata pemain. (ADLY BARA)
Bagikan berita :
 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Buana Sport - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI