Pembekuan PSSI: momentum pembenahan sepak bola nasional?




Konflik Kemenpora-PSSI dikhawatirkan akan berdampak kepada dunia sepak bola Indonesia.
Upaya pengurus baru Persatuan sepak bola seluruh Indonesia, PSSI untuk berdialog dengan Menteri pemuda dan olah raga terkait pembekuan PSSI, masih menemui jalan buntu.
Kemenpora menganggap kepengurusan baru PSSI dibawah kepemimpinan La Nyalla Mattalitti tidak sah, sehingga mereka enggan menerima ajakan dialog tersebut.
"PSSI 'kan sudah dibekukan. Kapasitasnya apa?" kata Deputi harmonisasi dan kemitraan Kementerian Olah raga, Gatot S Dewa Broto, Minggu (19/04), kepada wartawan.
Kemenpora bersikukuh akan membentuk tim transisi. Tim inilah yang akan menggelar kongres untuk membentuk kepengurusan PSSI yang baru.
Sebaliknya, PSSI pimpinan La Nyalla Mattalitti tidak yakin rencana kongres itu akan terselenggara secara mulus.
"Siapa peserta kongres? Apakah mau berkongres dengan dirinya sendiri," kata Direktur hukum PSSI, Aristo Pangaribuan dalam wawancara dengan pers.
Intervensi atau langkah pembenahan?
Lebih lanjut, PSSI memperingatkan bahwa langkah Kemenpora membekukan PSSI tidak dapat dibenarkan, karena PSSI adalah anggota FIFA, Asosiasi sepakbola dunia.
Mereka juga mengganggap langkah Kemenpora itu sebagai intervensi yang dapat melahirkan sanksi dari FIFA.

Kemenpora membekukan PSSI ketika organisasi yang membawahi sepakbola nasional ini menggelar kongres luar biasa di Surabaya.
Tetapi Menteri Pemuda dan olah raga, Imam Nahrawi menepis kekhawatiran ini: "Saya tidak yakin itu. Dan saya kira ini saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk melakukan persiapan lebih serius lagi menata prestasi sepak bola kita."
Sanksi pembekuan PSSI dikeluarkan setelah organisasi induk sepak bola Indonesia ini tidak mengakui hasil rekomendasi Badan Olahraga profesional Indonesia, BOPI, yang melarang keikutsertaan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya dalam liga sepak bola.
Kedua klub liga ini dinyatakan tidak lolos persyaratan peserta kompetisi liga, karena masalah dualisme kepengurusan.
Namun tuntutan Kemenpora itu tidak digubris. PSSI tetap mengizinkan Arema dan Persebaya bertanding, awal Maret 2015 lalu.
Di sinilah, Kemenpora kemudian menulis surat peringatan pertama dan kedua, tetapi tidak ditanggapi, dan akhirnya berujung pada pembekuan PSSI ketika organisassi ini menggelar Kongres luar biasa di Surabaya, Sabtu (18/04) lalu.
Gelar dialog
Kemenpora dan PSSI diminta segera menyelesaikan konflik di antara mereka dan melepaskan egoisme masing-masing demi menyelamatkan masalah yang lebih penting yaitu masa depan sepak bola Indonesia.
Hal ini disuarakan sejumlah pihak menanggapi konflik terbuka Kemenpora-PSSI terkai tpemberian sanksi berupa pembekuan PSSI oleh Kemenpora.
"Daripada mengorbankan masalah yang jauh lebih besar, yaitu masa depan sepak bola Indonesia, maka harus ada rekonsiliasi dari kedua pihak. Ini jalan tengah paling memungkinkan," kata Yunan Syaifullah, pengamat sepak bola dan penulis buku Filosofi sepak bola, Minggu (19/04) malam.
"Persoalan sepak bola kita masih compang-camping, itu wilayah lain. Begitu sudah ada titik temu (Kemenpora-PSSI), maka masalah tata kelola perlu diperhatikan dan diselesaikan," tambahnya

Kemenpora tidak mengakui kepengurusan baru PSSI dibawah kepemimpinan La Nyalla Mattalitti (kiri).
Kedua pihak, lanjut Yunan, juga harus secara bersama-sama memperkuat diplomasi internasional terkait ancaman sanksi Federasi sepak bola seluruh dunia, FIFA, karena tuduhan campur tangan pemerintah Indonesia terhadap PSSI.
Seruan serupa juga dilontarkan pelatih Sriwijaya FC, Benny Dollo. Dia mengatakan, pimpinan PSSI dan Kemenpora harus segera bertemu.
"Solusi terbaiknya adalah duduk bersama dan dibahas bersama," kata Benny Dollo kepada BBC Indonesia.
Pembekuan PSSI, bagaimanapun, membuat nasib kompetisi Liga Super Indonesia, LSI yang dihentikan awal April, makin tidak jelas nasibnya.
Ketua suporter Persib Bandung, Heru Joko, mengkhawatirkan, pembekuan PSSI ini akan mengakibatkan kerugian kepada klub-klub sepak bola profesional, termasuk Persib.
"Kalau ada sanksi FIFA terhadap PSSI, jelas ngefek kepada Persib. Persib bakalan nggak boleh main di liga yang lebih besar. Jadi, ya, kolaborasi yang lebih baiklah untuk kepentingan bersama," kata Heru Joko.
Apa komentar Anda?
Bagaimana tanggapan Anda terhadap sikap Kemenpora yang telah membekukan PSSI karena organisasi ini dianggap tidak mematuhi rekomendasi terkait pelarangan keikutsertaan dua klub sepak bola di liga nasional?
Apakah pembekuan PSSI ini dapat menjadi momentum untuk perbaikan sepak bola nasional dan nantinya dapat meningkatkan prestasi tim nasional di kancah regional dan dunia?
Adakah tawaran dialog oleh PSSI terkait keputusan pembekuan itu dapat diterima atau sebaiknya tetap diselesaikan lewat jalur hukum?

Kirim pendapat Anda lewat indonesia@bbc.co.uk atau lewat Facebook BBC Indonesia maupun Twitter
Bagikan berita :
 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. Buana Sport - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI