JAKARTA, WB – Dari 50 kota yang disurvei Economist Intelligence
Unit, Jakarta menempati tempat terendah dari 40 indikator. Selain dianggap
tidak aman, jaminan kesehatan di Jakarta juga sangat buruk.
Survei yang disponsori NEC itu memasukkan 40 indikator kuantitatif dan
kualitatif yang terbagi dalam empat kategori tematik yakni keamanan digital,
jaminan kesehatan, infrastruktur, dan personal.
Setiap kategori terbagi lagi ke dalam tiga hingga delapan
subindikator, seperti langkah kebijakan dan frekuensi kecelakaan lalu lintas.
Hasil survei menyebut Tokyo sebagai kota teraman. Ini membuktikan
bahwa kota dengan penduduk amat padat ternyata bisa masuk ke daftar kota
teraman di dunia. Tokyo juga punya skor bagus dalam hal keamanan digital, tiga
poin di atas Singapura yang menduduki posisi kedua.
Sementara Jakarta menduduki posisi terendah dari 50 kota yang disurvei
dalam hal keamanan secara keseluruhan. Jakarta hanya naik ke posisi 44 untuk
kategori jaminan kesehatan.
Ada fakta menarik dari hasil survei ini. Ternyata kekayaan dan sumber
daya melimpah suatu negara tidak selalu menjamin keamanan kotanya. Setidaknya
ada empat dari lima kota di Timur Tengah yang masuk kategori kaya, namun
peringkatnya buruk. Sebut saja Abu Dhabi yang hanya menduduki peringkat ke-25,
dan Riyadh di posisi ke-46.
Dalam hal keamanan digital, kota-kota di Amerika Serikat seperti Los
Angeles, San Francisco, dan Chicago menempati peringkat atas. Sementara
kota-kota di Eropa menduduki peringkat rendah. London misalnya hanya menempati
posisi ke-16, sementara Roma ke-35.
Meskipun Tokyo dan Jakarta sama-sama kota padat, namun Tokyo menduduki
peringkat pertama sebagai kota yang aman, sedangkan Jakarta paling akhir. Ibu
kota Indonesia ini hanya mampu mencuri peringkat ketiga dari bawah dalam
kategori keamanan digital serta infrastruktur. []*(Arief
Nugroho)
EDITOR : Ade Donovan